Adakalanyaaturan Allah sama antara laki-laki dan perempuan; adakalanya berbeda. Terkait kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai manusia (insan), di dalam nas akan ditemukan adanya hak, kewajiban, peran, dan fungsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. (Abdurrahman al-Baghdadi, Emansipasi, Adakah dalam Islam?, hlm. 10—15) bersatunyaseorang laki-laki dan perempuan dalam sebuah pernikahan dengan menjadikan keyakinan Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunah sebagai dasar utama dalam pernikahan. Menurut Spranger yang dikutip oleh Mulyana (2004), menjelaskan ada enam orientasi nilai yang sering dijadikan rujukan oleh manusia dalam kehidupannya. Ciriciri pubertas anak laki-laki: Sama halnya dengan anak laki-laki, anak perempuan pun juga mengalami masa puber. Pubertas pada anak perempuan umumnya terjadi lebih dahulu daripada anak laki-laki. Pubertas anak perempuan pada umumnya terjadi antara usia 10-15 tahun. Bagaimana ciri-ciri pubertas pada anak perempuan dilihat dari fisiknya? Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. APAKAH DALAM KELUARGA MU ADA PERUBAHAN PERAN LAKI LAKI DAN PEREMPUAN YANG DI AKIBATKAN OLEH MODERNISASI KALAU ADA SEPERTI APA BENTUK NYA A. Kedudukan Perempuan dalam Keluarga dan Masyarakat Kedudukan kaum perempuan di tengah keluarga dan masyarakat dapat menentukan sejauhmana peran yang dapat atau sedang dimainkan oleh perempuan. Ternyata di tengah situasi hidup dan jaman yang selalu berubah, kedudukan perempuan dapat menjadi hambatan dan rintangan bagi perempuan untuk berperan secara penuh di tengah keluarga dan masyarakat. Kedudukan perempuan yang ditempatkan lebih rendah dari kedudukan laki-laki, sekaligus menjadi tantangan bagi kaum perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya di tengah hidup yang menuntut kesetaraan. 1. Perbedaan Kedudukan Laki-Laki dan Perempuan dalam Keluarga dan Masyarakat Peran perempuan dalam keluarga dan peran perempuan dalam masyarakat sangat ditentukan oleh kedudukannya baik dalam keluarga, maupun dalam masyarakat. Dengan kata lain, peran seseorang ditentukan oleh kedudukannya, karena kedudukan, seseorang mendapatkan wewenang untuk melaksanakan fungsinya sesuai dengan kedudukannya. Misalnya, seorang pejabat bisa melaksanakan fungsinya karena wewenang yang diberikan atau diterimanya. Demikan pula dengan peran perempuan di tengah keluarga dan di tengah masyarakat tergantung pada kedudukannya di dalam keluarga dan dalam masyarakat. Menurut Nunuk Murniati, seseorang atau kelompok dapat berperan sesuai dengan kemampuannya apabila ia atau mereka mempunyai wewenang untuk melaksanakan fungsinya. Wewenang merupakan hak untuk menentukan sesuatu atau memutuskan sesuatu, maka wewenang sangat erat hubungannya dengan kedudukan seseorang atau kelompok orang Nunuk Murniati, 1997 81. Dengan kata lain, kedudukan sesorang turut menentukan pengaruhnya secara optimal terhadap lingkungannya. Misalnya ketika perempuan hanya ditempatkan sebagai ibu rumah tangga, maka peran yang dimainkannya hanya mempengaruhi atau memberikan sumbangan khusus bagi lingkup keluarganya saja atau hanya terbatas dalam ruang lingkup keluarga. Sedangkan laki-laki yang ditempatkan sebagai kepala keluarga memiliki kedudukan atau wewenang yang lebih besar dibandingkan perempuan sebagai ibu rumah tangga. Dalam arti tertentu, laki-laki memiliki kekuasaan lebih atas isterinya dan anak-anaknya. Sehingga keputusan selalu di tangan laki-laki. Misalnya, apakah isterinya boleh atau tidak mencari nafkah atau bekerja, menyangkut pendidikan dan masa depan anak-anak, khususnya anak laki-laki dan anak perempuan, bahkan sampai masalah kebutuhan biologis pun ditentukan oleh kaum laki-laki. Oleh sebab itu, kedudukan perempuan di dalam keluarga dan masyarakat sangat menentukan ruang gerak dan perannya dalam keseluruhan kehidupan keluarga dan masyarakat. Dalam keluarga kedudukan dan peran perempuan dan laki-laki seringkali dibedakan atau dikontraskan. Misalnya, perempuan dipandang dan dianggap sebagai yang mempunyai tugas, peranan dan tanggung jawab besar dalam keluarga. Mereka harus melayani suami dengan setia, mendidik anak-anak dengan baik, pokoknya melaksanakan semua kebutuhan dan keperluan rumah tangga, dari memasak, menyiapkan makanan, mencuci, menyetrika, melayani tamu, membersihkan rumah, dan masih banyak lagi status yang harus disandang kaum perempuan. Sedangkan kaum laki, dipercayakan untuk menghidupi keluarganya dengan mengusahkan nafkah baik lahir maupun batin. Persoalan domestikasi merupakan persoalan yang seringkali ditemukan dan menjadi bahan kajian, diskusi bahkan perdebatan banyak kalangan, baik perempuan maupun laki-laki. Demikian pula dalam masyarakat, kaum perempuan dan laki-laki memiliki peran yang berbeda sesuai dengan kedudukan yang telah ditentukan oleh masyarakat bagi mereka. Misalnya, terdapat perbedaan pekerjaan yang dilakukan mereka dalam kelompoknya, juga status dan kekuasaan yang dimiliki tidak sama. Menurut Mosse ada beberapa faktor yang mengakibatkan perbedaan peran dalam masyarakat, mulai dari lingkungan alam, hingga cerita dan mitos-mitos yang digunakan untuk memecahkan teka-teki perbedaan jenis kelamin, mengapa perbedaan itu tercipta dan bagaimana dua orang yang berlainan jenis kelamin dapat berhubungan dengan baik berdasarkan sumber daya alam di sekitarnya Mosse, 2004 5. Ternyata peran seseorang juga dipengaruhi oleh kelas sosial, usia dan latar belakang etnis. Misalnya di Inggris sekitar abab XIX, ada anggapan bahwa kaum perempuan tidak pantas bekerja di luar rumah guna mendapatkan upah. Namun perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa anggapan tersebut hanya berlaku bagi perempuan kelas menengah dan kelas atas. Sedangkan kaum perempuan kelas bawah diharapkan bekerja sebagai pembantu bagi kaum perempuan yang dilahirkan tidak untuk bekerja sendiri. Contoh di atas memberikan gambaran bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran dan kedudukan yang berbeda baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Seperti yang telah diungkapkan bahwa salah satu topik yang banyak mengandung perdebatan di antara para pemerhati perempuan adalah mengenai persamaan dan perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Pertanyaan yang selalu muncul adalah "Apa yang lebih penting bagi pemberdayaan perempuan? Apakah pengakuan bahwa mereka sama dengan laki-laki ataukah pengakuan bahwa mereka berbeda dengan laki-laki?" Pengakuan bahwa perempuan dan laki-laki sama, yaitu sama-sama sebagai manusia yang mempunyai pikiran, perasaan dan pendapat, memang dibutuhkan oleh perempuan, karena selama berabad-abad pengakuan tersebut disangkal. Namun ternyata isi dari pikiran, perasaan dan pendapat perempuan tidaklah sama dengan isi dari pikiran, perasaan dan pendapat laki-laki, karena peran mereka yang berbeda dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, menurut Hardy, pengakuan akan perbedaan antara perempuan dan laki-laki menurut pengertian di atas sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perempuan Hardy, 1998 121. Menurut de Beauvoir, dalam budaya patriarki, kehidupan ekonomi, sosial dan politik perempuan bukan hanya dibatasi, melainkan juga tidak diakui, yang terjadi adalah perempuan hidup untuk menunjang kehidupan ekonomi, sosial dan politik laki-laki. Melalui institusi ekonomi, sosial, dan politik, budaya patriarkat mencetak citra diri perempuan sesuai dengan citra ideal perempuan sebagai jenis kelamin kedua dalam pandangan patrialkal. Setidaknya ada empat institusi budaya patriarkat yang menurut de Beauvoir menguasai hidup perempuan dengan intensitas yang berbeda-beda sesuai dengan fase hidup perempuan, yaitu fase balita, sekolah, remaja, perkawinan, dan hari tuanya. Keempat institusi ini saling melengkapi dalam menciptakan dunia perempuan sebagai dunia yang sudah pasti, statis atau dunia buatan yang tidak bisa diubah de Beauvoir, 2005 48-50. Institusi-institusi yang dimaksudkan Beauvoir adalah Keluarga, Pendidikan, Perkawinan dan Hukum Negara. a. Lembaga Keluarga Keluarga merupakan lembaga pertama kali yang menginternalisasikan nilai-nilai perempuan sebagai objek. Sejak kecil perempuan diajarkan untuk bergembira dengan cara menyenangkan orang dewasa melalui sikap manja, manis, dan sopan. Sementara laki-laki, sejak kecil didorong untuk menjadi "laki-laki" dengan diajarkan untuk "tidak cengeng atau menangis, karena menangis hanya untuk anak perempuan". Demikian pula sebaliknya, jika anak perempuan yang berlaku seperti laki-laki, misalnya bermain seperti laki-laki dianggap nakal, ia akan dicap sebagai anak tomboi. Perilaku seperti ini dianggap mengancam "keperempuanannya". Sedangkan kenakalan anak laki-laki dipandang sebagai hal yang biasa dan tidak terlalu dipusingkan. Aktivitas anak perempuan pun dibatasi dalam rumah saja, terutama membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah, sehingga sejak kecil anak laki-laki pun sudah diajarkan untuk menyadari bahwa tanggung jawab pekerjaan rumah tangga adalah menjadi bagian dari tanggung jawab perempuan de Beauvoir, 2005 49. b. Lembaga Pendidikan Internalisasi nilai-nilai perempuan sebagai sosok yang santun atau sopan, dan manis serta selalu menyenangkan orang lain dilanjutkan oleh lembaga pendidikan. Di sekolah, melalui sikap para guru dan afirmasi dari teman-temannya, nilai inferioritas ini diinternalisasikan perempuan dengan semakin kuat de Beauvoir, 2005 49. c. Lembaga Hukum Negara Masyarakat ikut memperkuat internalisasi nilai-nilai inferior perempuan melalui mitos-mitos dan tata nilai yang mengharuskan perempuan sedapat mungkin melindungi tubuhnya dari tatapan laki-laki, bersikap santun, membiarkan laki-laki menggoda dan bersikap kurang ajar kepadanya. Sikap dan perilaku laki-laki yang demikian terhadap perempuan dianggap "memang laki-laki biasa begitu". Pandangan dan perilaku yang tidak adil atau kekerasan yang dialami kaum perempuan dibenarkan oleh lembaga hukum, melalui pasal-pasalnya mengatur dan membatasi ruang gerak perempuan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara de Beauvoir, 2005 50. d. Lembaga Perkawinan Masyarakat patriarkal melihat lembaga perkawinan sebagai penjaga moral mereka dan merupakan satu-satunya lembaga yang secara moral membenarkan aktivitas seksual perempuan. Aktivitas seksual bagi perempuan dianggap sebagai wujud pelayanan tertinggi pada suami dan spesies manusia. Perempuan harus siap melayani kapan saja suaminya menginginkan tubuhnya. Menurut de Beauvoir, pembatasan budaya patriarkal terhadap kehidupan perempuan telah mencapai wilayah yang sangat pribadi dan mendasar, yaitu kemampuan perempuan untuk mengartikan sendiri kenikmatan yang dirasakannya melalui tubuhnya de Beauvoir, 2005 52. Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat merupakan akibat dari pembagian pekerjaan secara seksual. Peran perempuan selalu dikaitkan dengan ruang lingkup domestik, sedangkan peran laki-laki selalu dikaitkan dengan ruang lingkup publik. Peran-peran tersebut diajarkan pada anak perempuan dan laki-laki sejak dini, kecil, sehingga perbedaan peran secara seksual ini tampak alamiah. Kemudian melalui pranata-pranata dalam masyarakat peran tersebut mendapatkan legitimasinya Hardy, 1998 121. Sedangkan dari perspektif gender melihat bahwa subordinasi perempuan dalam sektor publik bukan karena faktor biologis, melainkan lebih diakibatkan oleh faktor kultur. Dalam perspektif gender, kondisi biologis sepanjang masa akan tetap sama, yakni terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perbedaan biologis itu menjadi bermakna politis, ekonomis, dan sosial ketika tatanan kultural dalam masyarakat mengenal pembagian kerja secara hirarkis antara perempuan dan laki-laki. Ketika faktor kultural ditransformasikan bersama faktor biologis ke dalam masalah sosial dan politik, akhirnya menyebabkan subordinasi perempuan oleh laki-laki di sektor publik maupun domestik. Dengan kata lain, kultur menjadi suatu simbol dalam penajaman perbedaan seksual Freeman, 1970 6. Sulit disangkal bahwa arus globalisasi telah mempengaruhi dan ikut mengubah gaya hidup masyarakat serta kebudayaan manusia jaman sekarang. Pengaruh dan perubahan tersebut turut membawa aneka pilihan bagi perempuan dalam berperan aktif di tengah-tengah keluarga, dan masyarakat. KEMBALI KE ARTIKEL Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pada dasarnya, manusia diciptakan terdiri dari laki-laki dan perempuan. Setiap dari keduanya memilki peranan yang berbeda. Ada banyak sekali tugas dan juga hal yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki dan hanya bisa dilakukan perempuan, dan sebaliknya. Hal ini menimbulkan batasan-batasan yang timbul dalam masyarakat tentang kedua gender ini. Batasan ini mencakup semua hal yang berkaitan dengan masing-masing gender persoalan kehidupan asmara, seorang laki-laki pada umumnya akan menyatakan terlebih dahulu perasaan yang berkecamuk dalam hatinya. Mungkin karena seorang laki-laki yang memang lebih leluasa untuk melakukan hal-hal yang diinginkan dan juga laki-laki memang dituntut untuk banyak bergerak. Dalam agama pun dijelaskan bahwasannya laki-laki merupakan pemimpin dari akan menimbulkan definisi yang berkaitan dengan tanggung jawab yang besar atas apa yang dipimpinnya. Oleh karena itu seorang laki-laki dituntut untuk banyak bergerak demi pertanggung jawabannya terhadap apa yang ia pimpin yakni perempuan. Bukan karena laki-laki adalah pemimpin dan memikul beban tanggung jawab yang sangat besar, perempuan pun jika dikaitkan dengan masalah rumah tangga juga harus memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab yang harus dimiliki perempuan meliputi berbakti pada suami dan juga memberikan pengajaran pertama pada anaknya dengan baik. Tanggung jawab perempuan juga harus mejaga kehormatan dirinya agar tidak merugikan dirinya yang terlalu banyak bertingkah karena menuruti keinginan semata, tak akan ada seorang laki-laki baik yang mendekatinya untuk dijadikan istri. Karena seburuk-buruk perilaku seorang laki-laki, ia ingin memiliki istri yang berbakti untuk merubah segala kesalahan yang pernah dilakukan selama hidupnya. Laki-laki akan berubah ketika ia mencintai seorang wanita. Perubahan ini terutama pada perilaku dan juga kebiasaannya. Ia akan berusaha menjadi sebaik mungkin dihadapan wanita laki-laki menginginkan wanita yang anggun dan juga baik. Mereka ingin sesosok wanita yang menjadi panutan bagi anak-anaknya. Oleh karena itu banyak laki-laki baik yang tidak suka denganwanita yang terlalu banyak tingkah. Wanita yang tidak banyak tingkah akan selalu diidamkan banyak pria. Karena pria tidak ingin apabila wanitanya menjadi tontonan oleh pria lainnya. Bagi laki-laki seorang wanita bukan hanya pelengkap dalam kehidupannya, akan tetapi juga sangat berpengaruh dalam status sosialnya. Seorang wanita yang baik akan mengangkat derajat sosial laki-laki yang menjadi pasangan hidupnya. Hal ini terjadi secara alami dalam kehidupan masyarakat demikian terjadi sebaliknya, apabila laki-laki tak banyak bertingkah ia tak akan banyak tau wanita mana yang baik untuk dijadikan istrinya. Laki-laki memang melihat wanita dri penampilan fisiknya, akan tetapi untuk urusan istri mereka sangat berharap agar wanitanya berperilaku baik. Wanita juga memiliki kriteria dalam menerima ataupun menolak laki-laki yang mendekatinya. Kebanyakan wanita tidak memandang fisik dari laki-laki yang akan dijadikan suaminya akan tetapi tanggung jawab laki-laki tersebut yang mereka inginkan. Ketidaktampanan laki-laki bagi wanita akan dimaklumi karena kemapanannya. Karena kemapanan seorang pria merupakan jaminan bagi wanita untuk memilki cinta yang berkualitas. Lihat Catatan Selengkapnya

apakah dalam keluargamu ada perubahan peran laki laki dan perempuan